About

Pages

Veritas

Veritas berarti truth atau kebenaran.

Summaries

Summaries about our lesson in class.

Philosophy Characters

Philosopher from Ancient Greece until Contemporary

Profile

I like vintage.

Tampilkan postingan dengan label Summaries. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Summaries. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Januari 2015

CITATION (PART 2)

Hello everyone~
Berikut ini adalah lanjutan dari postingan citation sebelumnya, enjoy!

BUKU DENGAN SATU PENULIS
  • Corsini, R. J. (2002). The dictionary of psychology. New York: Brunner/Mazel.
  • Dirgagunarsa, S. (2003). Psikologi keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  • Santrock, J. W. (2005). Adolescence (10th  ed.). Boston: McGraw Hill.


ARTIKEL JURNAL (MAJALAH ILMIAH)
  • Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986).  The moderator-mediator variable distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and statistical considerations.  Journal of Personality and Social Psychology, 51, 1173-1182.
  • Barsky, A. J., & Klerman, G. L. (1983).  Overview: Hypochondriasis, bodily complaints, and somatic styles.  American Journal of Psychiatry, 140, 273-283.
  • Butterfield, E. C. (1964). The interruption of tasks: Methodological, factual, and theoretical issues. Psychological Bulletin, 62, 309–322.


SKRIPSI
Diana. (2001). Adversity quotient dan creative leadership pada mahasiswa yang menduduki posisi pimpinan organisasi kemahasiswaan: Studi deskriptif pada mahasiswa UI. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Indonesia, Depok.


DISERTASI ATAU TESIS
  •  Hardjanto. (2005). Perubahan fisik wilayah dan penggunaan tanah di kota kodya jakarta utara (1943–2003). Tesis Magister Ilmu Geografi, Universitas Indonesia, Depok.
  • King, A. J. (1976).  Law and land use in chicago: A pre-history of modem zoning. Disertasi Ph.D., University of Wisconsin.


BUKU DENGAN DUA PENULIS ATAU LEBIH
  • Badudu, J. S., & Zain, S. M. (2001). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
  • Baron, R. A., & Byrne, D. (1994). Social psychology: Understanding human interaction. Boston: Allyn and Bacon.
  •  Papalia, D. E., Wendkos-Olds, S. W., & Duskin-Feldman, R. D. (2004). Human development (9th ed.). Boston: McGraw Hill.
  • Gibson, J. M., Donnelly, J. H., Ivancevich, J. M., & Konopaske, R. (2003). Organization: Behavior structure processes (11th ed.). Boston: McGraw-Hill.


ONLINE INFORMATION (INTERNET)


Semoga bermanfaat!



sumber: PPT


CITATION (PART 1)

Hello everyone~
Ini adalah materi Filsafat di kelas saya. enjoy!

Citation adalah sumber kepustakaan yang diletakkan di dalam teks dan berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal dari sebuah kutipan/quotation.
  • Penulisan (cara mengutip, cara membuat tabel, cara membuat gambar, dan cara menggunakan tanda baca) wajib mengikuti Manual Publication of the American Psychology Association (APA), edisi ke-6 (6th ed.).
  •  Untuk penulisan daftar pustaka, referensi yang tertulis di dalam daftar pustaka harus sesuai dengan referensi yang tertulis di dalam artikel (text).
  • Sebaliknya, referensi yang tertulis di dalam artikel (text), harus ada di dalam daftar pustaka. Berikut ini adalah beberapa contoh untuk penulisan daftar pustaka 

RUMUS PENULISAN CITATION SECARA UMUM
  • Selalu utamakan mengambil kutipan dari sumber pertama.
  • Nama belakang penulis
  • Tahun terbit karya tulis
  •  No halaman di mana kutipan diambil. Jika tulisan saudara dalam bahasa Indonesia maka penulisan no. halaman à h. 9 atau h. 11-15; Bila tulisan dalam bahasa Inggris, maka ditulis p. 9 atau pp. 21-30.

CONTOH PENULISAN CITATION LANGSUNG DARI SUMBER PERTAMA
  • Nama pengarang: Budi Satria Wijaya
  • Menerbitkan buku pada tahun 2001
  • Kalimat yang akan dikutip adalah “Sebagai anak, aku juga memiliki hak untuk mengemukakan pendapat”. Kalimat tersebut termuat di halaman 42.
  •  Citation: Wijaya (2001, h. 42) atau (Wijaya, 2001, h. 42)
CONTOH PENULISAN CITATION DARI SUMBER KEDUA
  • Ryff menjelaskan tentang konsep kesejahteraan psikologis yang dimuat di dalam buku (berbahasa Inggris) William C. Compton, terbit pada tahun 2000. Kalimat yang akan dikutip “Ada enam dimensi yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan psikologis individu”. Termuat di p. 22
 Citation: Ryff (sebagaimana dikutip dalam Compton, 2000, h. 22) mengemukakan bahwa ……

JUMLAH PENGARANG 1-2 ORANG
  •  Sebuah buku dikarang oleh Shelley Taylor dan Jonathan Robin
  • Tahun terbit: 2005; no halaman: 59.
Citation: Taylor dan Robin (2005, h. 59) atau (Taylor & Robin, 2005, h. 59)
Penulisannya terus menerus sama mulai dari pertama kali digunakan hingga ke-n kali (tidak ada kondisi khusus).

JUMLAH PENGARANG LEBIH DARI 3-5 ORANG
  • Sebuah buku dikarang oleh Wassertein, Zappulla, Rosen, Gertsman, dan Rock pada tahun 2003.
Kondisi pertama kali dituliskan: Wassertein, Zappulla, Gertsman, dan Rock (2003)
Kondisi ke-n kali dituliskan dalam alinea yang juga memuat citation yang sama: Wassertein et al.Kondisi ke-n kali dituliskan pada alinea berikutnya: Wassertein et al. (2003)

JUMLAH PENGARANG 6 DAN LEBIH
  • Pengarang: Kosslyn, Koenig, Barrett, Cave, Tang, dan Gabrielli; tahun 2004.
Citation: Kosslyn et al. (2004) atau (Kosslyn et al., 2004)
Jadi yang ditulis hanya nama belakang nama pengarang pertama saja. Pengarang ke-2 dan seterusnya diganti dengan et al.(mulai pertama kali dst)

BILA ADA NAMA BELAKANG PENGARANG YANG SAMA DAN MENGUNGKAPKAN HAL YANG SAMA SERTA TAHUN TERBIT YANG SAMA 
  • Buku A: Kosslyn, Koenig, Barrett, Cave, Tang, dan Gabrielli (2004)
  • Buku F: Kosslyn, Koenig, Gabrielli, Tang, Marsolek, dan Daly (2004)
Tuliskan nama pengarang sampai menemukan perbedaan nama dan sisa nama diganti dengan et al.
Kosslyn, Koenig, Barret, et al. (2004) dan Kosslyn, Koenig, Gabrielli, et al. (2004)

BILA NAMA BELAKANG PENGARANG SAMA DENGAN TAHUN TERBIT YANG BERBEDA MENGUNGKAPKAN HAL YANG SAMA
Tuliskan inisial nama depan diikuti dengan nama belakang pengarang untuk membedakan.
  • Buku B: James Devano Susanto, tahun 2005
  • Buku E: Stefanie Putri Susanto, tahun 2001
Citation: J. D. Susanto (2005) dan S. P. Susanto (2001) menemukan ……

BEBERAPA BUKU DIGUNAKAN UNTUK MENGUNGKAPKAN IDE YANG SAMA
Pengarang sama, judul buku berbeda, tahun terbit berbeda, maka:
  • Buku D: Irwanto dan Irwanto tahun 2003
  • Buku E: Irwanto dan Irwanto tahun 2001
Citation: (Irwanto & Irwanto, 2001, 2003)
à Diurutkan sesuai dengan tahun terbit.

 PENGARANG SAMA, JUDUL BUKU BERBEDA, TAHUN TERBIT SAMA
  • Buku X: Farrell tahun 2001 judul “Aku Pasti Bisa”
  • Buku Y: Farrell tahun 2001 judul “Masih Terlalu Dini untuk Menikah”
Buku X ditulis terlebih dahulu dan beri kode a karena judul bukunya dimulai dari abjad A, dst.
 Citation: (Farrell, 2001a, 2001b)

PENGARANG BERBEDA MENGUNGKAPKAN IDE YANG SAMA, TAHUN TERBIT BERBEDA
  • Buku T: Christophorus Balda tahun 2003
  • Buku Q: Johanna Kamil tahun 2004
  • Buku Z: William Johnson  tahun 2001
Citation: (Balda, 2003; Kamil, 2004; Johnson, 2001)

LEMBAGA SEBAGAI PENULIS
Universitas sebagai penulis
Tidak boleh disingkat, misalnya Universitas Tarumanagara à Untar/UT, dst.
Citation: Universitas Tarumanagara (2006)

Lembaga lainnya
Untuk pertama kali harus menuliskan kepanjangannya disertai singkatan/abbreviaton. Penulisan ke-2 dst diperbolehkan hanya singkatan saja.
Biro Pusat Statistik ([BPS], 2008) à pertama kali
BPS (2008) à kedua kali dst 

BILA KARYA TULIS TIDAK MENCATUMKAN NAMA PENGARANG
 Bila berupa buku, jurnal, laporan, atau brosur, maka:
 à Judul Buku (tahun)
contoh: Psikologi Sosial (2007)

Bila berupa artikel atau bab, maka:
  à (“Judul Artikel,” tahun)
 Contoh: “Ayo Berolahraga,” 2006)
 Bila nama pengarang dicantumkan anonim, maka tuliskan (Anonim, 2002)

KARYA KLASIK
Bila tahun terbit karya asli/pertama tidak tersedia.

  • Pengarang asli Charles Darwin, karyanya diterjemahkan tahun 1990
Citation: (Darwin, terj.1990)

Tahun terbit karya asli masih tersedia

  • Pengarang asli Taylor, Peplau, Sears tahun 1997; diterjemahkan oleh Uni Budianto tahun 2005
 Citation: Taylor, Peplau, Sears (1997/2005)
Bila tidak ada informasi tahun terbit, maka tuliskan n.d. (arti no date).

BILA MENGUTIP ATAU MEMPARAFRASE SUMBER YANG KHUSUS
 Kutipan diambil dari bab 3 sebuah artikel yang berjudul Kebangkitan Nasional, ditulis oleh Amir Simorangkir tahun 2008.
 Citation: (Simorangkir, 2008, chap. 3) atau (Simorangkir, 2008, bab 3)

BILA TIDAK ADA SUMBER NOMOR HALAMAN
Kutipan diambil dari paragraf 4 artikel yang diperoleh dari internet dengan judul “Mau Lagi Kena…”, ditulis oleh Tori Afghan tahun 2008
 Citation: (Afghan, 2008, para. 4) atau (Afghan, 2008, ¶ 4)

Kutipan diambil dari bagian kesimpulan paragraf 3 sebuah artikel yang ditulis oleh Joko Setiabudi tahun 2007.
 Citation: (Setiabudi, bag. kesimpulan, para. 3) atau (Setiabudi, bag. Kesimpulan, ¶ 3)

KUTIPAN YANG BERASAL DARI KOMUNIKASI PERSONAL (SURAT, E-MAIL, HASIL WAWANCARA, DISKUSI VIA TELEPON, DLL)
  • Sumber-sumber di atas hanya dianggap sebagai citation tetapi tidak dicantumkan dalam reference list (daftar pustaka).
  • Di dalam skripsi, sumber seperti ini hanya diperbolehkan dicantumkan dalam latar belakang masalah tetapi tidak dituliskan dalam daftar pustaka.
Citation: Yanuar (komunikasi pribadi, tanggal dilakukan komunikasi, tahun) Yanuar (komunikasi pribadi, 28 Mei, 2008)

MEDIA CETAK
Dalam Daftar pustaka
Guru honor terpinggirkan. (2008, Oktober 21). Kompas, p.12.

Dalam teks/naskah:
Dalam kesempatan pertemuan Menteri Pendidikan di Jember, guru-guru honor masih merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah (“Guru Honor,” 2008).


WILL BE CONTINUED IN NEXT POST.

Semoga bermanfaat!

Sumber: PPT

Selasa, 11 November 2014

Kisi- kisi UTS No.3

Hello everyone~

Sebentar lagi kita mulai uts, karena kelompok saya kebagian soal no.3 jadi kali ini saya akan membahas no. 3. so, let's check this out!

3. a. Jelaskan perbedaan antara Positivisme dengan Empirisme!
        Positivisme adalah suatu paham yang berdasarkan pada data-data ilmiah yang sudah  ada. Tokohnya adalah Auguste Comte.
       
        Empirisme adalah suatu paham yang berdasarkan pada pengalaman yang dialami seseorang. Tokohnya adalah John Locke

    b. Jelaskan perbedaan antara penalaran induktif dengan penalaran deduktif!
        Induktif adalah suatu proses dimana akal budi kita menyimpulkan pengetahuan dari yang khusus ke umum.
        Contoh : Mangga 1: kuning, besar, matang, dan manis
                       Mangga 2: kuning, besar, matang, dan manis
                       Mangga 3: kuning, besar, matang, dan manis
                       Mangga 4: kuning, besar, matang, dan ....
                                         kesimpulannya = tentu manis juga

        Deduktif adalah suatu proses dimana akal budi kita menyimpulkan pengetahuan dari yang  umum ke khusus.
        Contoh : Kebersihan lingkungan tanpa disadari bisa masalah yang besar. Ini terjadi karena banyak masyarakat yang acuh dengan lingkungannya bahkan lingkungan rumahnya sekalipun. Padahal kebersihan adalah sebagian dari iman.

   c. Jelaskan perbedaan preposisi dengan silogisme!
       Preposisi adalah suatu penuturan yang utuh atau pernyataan tentang beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah.
       Contoh : Karate adalah suatu seni bela diri
                      Yuni suka membaca buku dan mendengarkan musik

       Silogisme adalah suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis) disimpulkan menjadi kesimpulan baru.
       Contoh : Semua manusia dapat bernafas  
                      Yuni adalah manusia
                      Jadi, Yuni dapat bernafas




Pertemuan 5 Filsafat [Fallacia]

Hello everyone~
Ini adalah materi pertemuan ke 5 Filsafat di kelas saya. enjoy!

Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.

Contoh kesalahan fakta
·         Presiden AS Barack Obama lahir di Indonesia.
·         Ahmad lahir dengan bintang gemini, maka hidupnya penuh dengan persoalan.

Kesalahan penalaran dibagi menjadi  kesesatan formal dan kesesatan informal.
a.    Kesesatan formal adalah pelanggaran terhadap kaidah logika dan norma.
       Contoh :  Semua penodong berwajah seram.
                       Semua pengamen berwajah seram.
                       Jadi, semua pengamen adalah penodong? Belum tentu.

b. Kesesatan informal adalah menyangkut kesesatan dalam bahasa, misalnya     pelanggaran  diksi.
    Contoh :        
    Penempatan kata depan yang keliru = Antara hewan dan manusia memiliki     perbedaan.
    Mengacau posisi subjek atau predikat = Karena tidak mengerjakan PR,  guru                                                                                    menghukum anak itu.
    Ungkapan yang keliru = Pencuri kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu yang lalu. 

Amfiboli   → Sesat karena struktur kalimat bercabang.
Contoh: Anto Anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.

Kesesatan Aksen atau Prosodi → Sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. 
Contoh: Ada aturan ‘Anda tidak boleh ganggu anak tetangga’. Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh mengganggu anaknya.

Kesesatan bentuk pembicaraan→ Sesat karena orang menyimpulkan kesamaan
konstruksi juga berlaku bagi yang lain.
Contoh: Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri.

Kesesatan aksiden→ Yang aksidental dikacaukan dengan hal yang hakiki.
Contoh: Sawo matang adalah warna. Orang Indonesia itu sawo matang. Maka, Orang Indonesia itu adalah warna.

Kesesatan karena alasan yang salah → Konklusi ditarik dari premis yang tak relevan.    

Kesesatan Presumsi

·         Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
·         Non sequitur (belum tentu): Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang        lalu saya berdebat dengan dosen tersebut.
·         Analogi palsu: Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dengan  membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
·         Penalaran melingkar (petitio principii): Manusia merdeka karena ia bertanggungjawab  dan ia bertanggungjawab karena ia merdeka.
·         Deduksi cacat: Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti orang baik. Andi pasti orang baik.
·         Pikiran simplistis: Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.

Menghindari Persoalan

·         Argumentum ad hominem → Jangan percaya omongannya karena ia bekas narapidana.
·         Argumentum ad populum → Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita.
·         Argumentum ad misericordiam → Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman  karena mengaku punya banyak tanggungan.
·         Argumentum ad baculum → Karena beda pendapat, suka meneror orang lain.
·         Argumentum ad auctoritatem → Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.
·         Argumentum ad ignorantiam → Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.
·         Argumen untuk keuntungan seseorang → Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
·         Non causa pro causa → Orang sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya.

Kesesatan Retoris

·         Eufemisme/disfemisme: Pembangkang yang dianggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangai maka disebut anggota pemberontak.
·         Penjelasan Retorik: Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan  soal.
·         Stereotipe: Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
·         Innuendo: Saya tidak mengatakan makanan tidak enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.
·         Loading question: Apakah Anda masih tetap merokok?
·         Weaseler: Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.
·         Downplay: Jangan anggap serius omongannya karena dia hanya buruh bangunan.
·         Lelucon atau sindiran
·         Hiperbola: membesarbesarkan.
·         Pengandaian bukti:studi menunjukkan.
·         Dilema semu: Tamu yang menolak kopi, langsung disuguhi sirup.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     


 Disarikan dari PPT                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

Rabu, 22 Oktober 2014

Pertemuan 4 Filsafat [Logika Induktif & Deduktif]

Hello everyone~
Ini adalah materi pertemuan ke 4 filsafat di kelas saya. Enjoy readers!


Logika
 atau Penalaran Induktif adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu.

Berdasarkan dasar fakta dapat dirumuskan kesimpulan umum. Kesimpulan adalah generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan. Namun, kesimpulan umum harus dianggap sebagai bersifat sementara. Karena ciri dasar induktif selalu tidak lengkap.

Persamaan penalaran induktif dengan deduktif
 →Argumentasi keduanya terdiri dari premis-premis yang mendukung kesimpulan.

Perbedaannya adalah penalaran induksi yang tepat akan punya premis-premis benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidak membuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetapkan kesimpulan berisi suatu kemungkinan.

Maka argumentasi dalam penalaran induksi tidak dinilai sebagai sahih (valid) atau tidak sahih (invalid), tapi berdasarkan probabilitas.

Cara Penalaran Induktif
 → Proses induksi mulai berdasarkan pada kejadian-kejadian dan gejala partikular. 
 Penal induksi adalah proses penalaran berdasarkan pengertian partikular atau premis          untuk hasilkan pengertian umum atau kesimpulan.

Tiga Ciri Penalaran Induktif
 1) Premis penal induktif = proposisi empiris yang ditangkap indera,
 2) Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang dinyatakan dalam            premis.
 3) Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia menerimanya. Jadi konklusi induksi punya  kredibilitas rasional = probabilitas.

Generalisasi Induktif
 → Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua.

Prinsip: Apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi.

Tiga syarat membuat generalisasi:
1) Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu,
2) Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja.
3) Dapat dijadikan dasar pengandaian.


Analogi Induktif
ANALOGI : Membicarakan tentang dua hal yang berbeda dan dibandingkan. Dua hal perlu diperhatikan: persamaan dan perbedaan.
Bila memperhatikan persamaan saja, maka timbul analogi.

Maka analogi induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang     kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain         yang mempunyai sifat esensial yang sama.

Kesimpulan analogi induktif tidak bersifat universal tapi khusus.
Contoh:    Mangga 1: kuning, besar, matang, ternyata manis.
                 Mangga 2: kuning, besar, matang, ternyata manis.
                 Mangga 3: kuning, besar, matang, ternyata manis.
                 Mangga 4: kuning, besar, dan matang
                 Kesimpulan tentu manis juga.

Jadi analogi induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan.
Bedanya dengan generalisasi induktif adalah dimana konklusinya berupa proposisi universal.Penalaran induktif konklusinya lebih luas daripada premis-premis.

Deduktif

Deduktif  sebaliknya juga merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ dari pengetahuan yang lebih ‘ umum’ .yang lebih khusus itu sudah termuat secara implisit dalam pengetahuan yang lebih umum.

Induksi dan deduksi selalu berdampingan, keduanya selalu bersama-sama dan saling memuat. Induksi tidak dapat ada tanpa deduksi. Deduksi selalu di jiwai oleh induksi. Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, induksi biasanya mendahuli deduksi. Sedangkan dalam logika biasanya deduksi yang terutama di bicarakan lebih dahulu. Deduksi di pandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan pikiran



Disarikan dari PPT




Minggu, 19 Oktober 2014

Pertemuan 3 Filsafat [SILOGISME]

Hello everyone~
Ini adalah materi pertemuan ke 3 filsafat di kelas saya. Enjoy readers!

Silogisme  adalah suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis-premis) disimpulkan suatu putusan yang baru.
Prinsip silogisme adalah bila premis benar à simpulannya benar.
Dua macam silogisme: Silogisme Kategoris dan Silogisme Hipotetis.

A.  Silogisme Kategoris
Silogisme yang premis dan simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat).
Contoh:     M – P  Perbuatan jahat itu haram.
                  S – M Menghina itu adalah perbuatan jahat.
                  S – P  Maka, menghina itu haram.
àBila penalaran baik, silogisme memperlihatkan alasan dan dasarnya.

a)   Silogisme Kategoris Tunggal
Mempunyai dua premis, terdiri atas 3 term S, P, M.

Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal:
1)    M adalah S dalam premis mayor dan P dalam permis minor. 
     Aturan: premis minor hrs sebagai penegasan, sedangkan premis mayor bersifat        umum.
       Mis :       M – P Setiap manusia dpt mati (mayor)
                      S – M Aristoteles adalah manusia (minor)
                      S – P Jadi, Aristoteles dpt mati (simpulan)

2)    M jd P dalam premis mayor dan minor. 
     Aturan: salah satu premis harus negatif. Premis mayor bersifat umum.
     Mis :        P – M Lingkaran adalah bentuk bundar (mayor).
                     S – M Segitiga bukan bentuk bundar (minor)
                     S – P Segitiga bukan lingkaran (simpulan)

3)    M menjadi S dalam premis mayor dan minor.
     Aturan: premis minor harus berupa penegasan  dan simpulannya bersifat partikular.
     Mis :        M - P Mahasiswa itu orang dengan tugas belajar (Mayor)     
                     M - S Ada mahasiswa yg orang bodoh (minor)
                     S - P Jadi, sebagian orang bodoh itu orang dengan tugas belajar                                              (Simpulan)

4)    M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor.
     Aturan: premis minor harus berupa penegasan, sedangkan Simpulan bersifat  partikular.
       Mis :       P – M Influenza itu penyakit (mayor)
                      M - S Semua penyakit mengganggu kesehatan (minor)
                        S - P  Jadi, sebagian yg mengganggu kesehatan itu influenza                                                    (simpulan)


b)   Silogisme Kategoris Majemuk
bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, lebih dari tiga premis.

Jenis-jenis silogisme katagoris majemuk:
· Enthymema   adalah silogisme yang salah satu atau kedua premisnya disertai alasan.
    Contoh:  Semua arloji bermutu adalah arloji mahal, karena sukar pembuatannya.
                 Arloji Mido itu adalah arloji baik, karena selalu tepat dan awet.
                →Jadi, arloji Mido adalah arloji mahal.

· Enthymema adalah silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis atau simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat.
Contoh :     Versi singkat : Jiwa manusia adalah rohani. →Jadi, tidak akan mati.
                  Versi lengkap: Yg rohani itu tidak akan dpt mati.
                                          Jiwa manusia adalah rohani.
                                          àMaka, jiwa manusia tidak akan dapat mati.

· Polisilogisme adalah deretan silogisme dimana simpulan silogisme yg satu menjadi premis utk silogisme yg lainnya.
           Contoh :
          Seseorang yang menginginkan lebih dari yang dimiliki, merasa tidak puas.
          Seorang yang rakus adalah seseorang yang menginginkan lebih dari yang dimiliki.          →Jadi, seorang yang rakus merasa tidak puas.

         Seorang yang kikir merasa tidak puas. Budi adalah seorang yang kikir.
          →Jadi, Budi merasa tidak puas.

· Sorites adalah silogisme yang premisnya lebih dari dua. Putusan-putusan itu dihubungkan satu sama lain sedemikian, sehinggag predikat dari putusan yang satu jadi subjek putusan berikutnya.
           Contoh :
        Orang yg tidak mengendalikan keinginannya, menginginkan seribu satu barang.
       Orang yang menginginkan seribu satu barang, banyak sekali kebutuhannya.
       Orang yang banyak sekali kebutuhannya, tidak tenteram hatinya.
      →Jadi orang yang tidak mengendalikan keinginannya, tidak tenteram                                hatinya.

Hukum Silogisme Kategoris

Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga term (S, M, P)
-Kurang dari tiga berarti tidak ada silogisme.
-Lebih dari tiga term artinya tidak ada perbandingan. 
Ketiga term tetap sama artinya. Dalam silogisme S dan P disatukan oleh perbandingan masing-masing dengan M. 

M tidak boleh masuk dlm kesimpulan, karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term2.Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya. 

Jika S dan P dalam premis partikular, maka dalam simpulan tidak boleh universal. Bila dilanggar akan terjadi latius hos (menarik simpulan yg terlalu luas). Mis. Semua lingkaran bulat. Nah, semua lingkaran itu gambar. Maka, Semua gambar itu bulat. (Simpulan salah, mengapa? Bagaimana yang benar?)


Disarikan dari PPT
19-10-2014