About

Pages

Veritas

Veritas berarti truth atau kebenaran.

Summaries

Summaries about our lesson in class.

Philosophy Characters

Philosopher from Ancient Greece until Contemporary

Profile

I like vintage.

Rabu, 21 Januari 2015

PAPER

PENGARUH BULLYING TERHADAP 

PRESTASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Sekarang ini, kata bullying sudah tidak asing lagi bagi kita. Bullying merupakan salah satu tindakan agresi dengan kekuatan dominan dari perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu orang lain atau yang lebih lemah darinya Terdapat tiga bentuk bullying, diantaranya adalah bullying fisik, bullying relasional (psikologis), bullying verbal, dan bullying cyber (Tyas, 2012). Bullying biasanya terjadi pada anak usia sekolah. Jika perilaku ini tidak mendapat tindakan lebih lanjut, maka akan membahayakan anak yang menjadi korban.
Prestasi belajar anak pasti dapat diraih jika diimbangi dengan situasi lingkungan yang kondusif. Akan berbeda jika anak berada dalam keadaan dibullying atau ditindas oleh temannya, apakah akan mempengaruhi prestasi belajarnya?  Maka dari itu dilakukan penulisan ini untuk mengetahui apakah adanya pengaruh bullying terhadap prestasi belajar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah:

  1.   Apakah pengaruh bullying terhadap prestasi belajar?

1.3. Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dari penulisan ini bertujuan:

  1.  Untuk mengetahui apakah pengaruh bullying terhadap prestasi belajar.
  2.  Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang apa itu bullying dan  pengaruhnya.
Manfaat dari penulisan ini adalah:
Untuk penulis

  1. Menambah wawasan tentang perilaku bullying dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak.
  2. Melatih untuk mengembangkan kemampuan menulis dengan baik.
Untuk pembaca

  1. Menambah wawasan tentang perilaku bullying dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
  2. Menambah pemahaman tentang perilaku bullying dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar



BAB II

KAJIAN PUSTAKA


Bullying

2.1.  Definisi Bullying

Bullying merupakan kata serapan dari bahasa inggris yang dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan penindasan. Bullying berasal dari kata bully yang berarti penggertak atau mengganggu orang yang lemah. Bullying merupakan salah satu tindakan agresi dengan kekuatan dominan dari perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu orang lain atau yang lebih lemah darinya (Tyas, 2012).

Menurut Owelus (1994) bullying adalah tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau lebih dan dilakukan berulang-ulang dari waktu ke waktu.

Menurut Rigby (2002) bullying sebagai penekanan atau penindasan berulang-ulang secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki kekuatan yang kurang oleh orang atau sekelompok yang lebih kuat.

Menurut Coloroso (2003) bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti orang lain. Termasuk dalam tindakan yang direncanakan atau spontan, bersifat nyata dan hampir tidak terlihat, didepan atau dibelakang seseorang, mudah diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh seseorang atau sekelompok.

2.2.  Bentuk Bullying

Bentuk bullying menurut Coloroso (2007: 47) adalah:

a)    Bullying Fisik
Bentuk dari bullying fisik adalah memukul, menyikut, mencekik, menendang, meninju, menggigit, atau mencakar anak yang ditindas. Bullying jenis ini adalah yang paling mudah untuk diidentifikasi.

b)    Bullying Relasional (Psikologis)
Bullying relasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran.

c)    Bullying Verbal
Bentuk dari bullying verbal berupa julukan nama, sindiran, celaan, fitnah, kritik tajam hingga penghinaan. Bullying verbal adalah salah satu jenis bullying yang mudah untuk dilakukan, dapat menjadi awal dari perilaku bullying lainnya.

d)    Bullying Elektronik (Cyber)
Bullying elektronik biasanya dilakukan melalui sarana elektronik handphone, e-mail, chatting room, dll. Bentuk dari bullying elektronik adalah meneror korban dengan kata-kata, gambar yang mengancam dan menyakiti.

2.3.  Penyebab Bullying

Banyak hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya bullying. Menurut Quiroz et al (2006; dalam Anesti, 2009) menyatakan sedikitnya tiga penyebab bullying, yaitu:

a)    Hubungan Keluarga
Anak yang berada dalam lingkungan keluarga yang melakukan kekerasan, maka lama kelamaan anak akan merasa hal tersebut adalah perilaku yang dapat diterima. Selain itu, minimnya keterlibatan orang tua dalam pengasuhan anak juga dapat mempengaruhi perilakunya. Anak akan cenderung mencari perhatian di luar rumah dan mencari pujian atau pengakuan dari orang lain. Bentuk dari mencari perhatian diluar rumah ini yang kebanyakan mengarah pada hal negatif, salah satunya adalah membully temannya.

b)    Teman sebaya
Dalam berkegiatan, anak pasti tidak akan terlepas dari pengaruh teman sebaya. Oleh karena itu, salah satu faktor penting dari perilaku bullying adalah teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif. Contoh pengaruh negatifnya adalah menghasut teman-temannya untuk menjauhi, mengejek atau melakukan tindak kekerasan terhadap target bullying.

c)    Pengaruh media
Pengaruh media dapat berasal dari televisi atau dari media cetak seperti koran atau majalah. Tayangan televisi yang tidak mendidik akan membahayakan penontonnya, terutama anak usia sekolah. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Saripah (2006:3) menunjukkan bahwa 56.9 % anak meniru adegan yang ditonton, dengan gerakan 64% dan kata-kata 43%. Media sangat mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang. Ini sangat mengkhawatirkan karena anak-anak yang nantinya akan menjadi penerus bangsa dapat rusak karena pengaruh media.

2.4.  Karakteristik

a.    Korban Bullying
Coloroso (2007) menjelaskan karakteristik korban bullying, beberapa diantaranya adalah (a) Anak baru, (b) Anak yang paling muda, (c) Anak yang tidak mau berkelahi dan suka mengalah, (e) Anak penurut, (f) Anak yang paling miskin atau paling kaya, (g) Anak yang etnisnya dianggap rendah dan lain-lain.

b.    Pelaku Bullying
Field (dalam Rigby, 2002) mengemukakan beberapa karakteristik afektif pelaku bullying, yaitu: (a) tidak matang secara emosional, (b) kurangnya kepedulian dengan orang lain, (c) Moody dan tidak konsisten, (d) Mudah marah dan impulsive, (e) tidak memiliki rasa bersalah dan seterusnya.

 

Prestasi Belajar

2.5.  Definisi Prestasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Prestasi berasal dari bahasa belanda, yaitu prestatie dan dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi. Prestasi adalah hasil dari suatu hal yang telah dikerjakan, diciptakan baik oleh individu atau kelompok.

2.6.  Definisi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Menurut Gredler (1994), belajar adalah proses untuk memperoleh berbagi kecakapan, keterampilan dan sikap. Peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari salah menjadi benar, dan yang kurang baik menjadi baik.
Menurut Baharudin dan Esa (2007)  belajar adalah aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.

2.7.  Definisi Prestasi Belajar

Menurut Winkel (2004: 162) prestasi belajar adalah salah satu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapai.



BAB III

PEMBAHASAN


3.1. Pengaruh Bullying

Dampak bullying yang langsung dirasakan oleh korban adalah depresi. Korban akan merasa tidak aman berada di lingkungan luar sehingga akan lebih sering menyendiri. Hal ini berkaitan dengan topik penulisan, yaitu pengaruh bullying terhadap prestasi belajar anak usia sekolah. Anak yang mengalami bullying akan cenderung untuk tidak masuk sekolah agar menghindari temannya. Banyak alasan yang akan dikatakan oleh anak agar tidak pergi kesekolah. Salah satu contoh alasannya adalah berpura-pura sakit.
Jika anak sering tidak masuk sekolah tentunya akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Anak akan tertinggal materi pelajaran sehingga nilai nya juga akan menurun. Konsentrasi belajar menjadi terganggu. Fikirannya hanya mengkhawatirkan bagaimana caranya untuk bisa menghindar dari bullying temannya. Semangat belajar juga menurun. Anak merasa sudah tidak berguna lagi untuk melakukan kegiatan apapun termasuk belajar.
Meskipun hampir semua jurnal mengatakan bahwa adanya pengaruh bullying terhadap prestasi belajar, tetapi ada yang tidak mengatakan demikian. Bullying memang mempengaruhi prestasi belajar, tetapi tidak terlalu besar terlihat efeknya. Nilai anak tetap baik karena mereka meskipun dalam kondisi bullying, mereka mencoba untuk bertahan dan termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak direndahkan lagi.





BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan

Perilaku bullying jika dibiarkan terjadi tentunya akan membahayakan. Anak yang menjadi korban akan menjadi depresi sehingga dia akan sering menyendiri dan sulit bergaul. ini akan berpengaruh pada kegiatan anak di sekolah. Anak cenderung memilih untuk tidak masuk sekolah karena merasa tidak aman. Nantinya jika terus absen, dapat mempengaruhi prestasi belajarnya disekolah dengan menurunnya nilai. Tetapi ada kemungkinan anak tidak ingin selamanya direndahkan sehingga ia akan berusaha menunjukkan potensinya.

4.2. Saran

Berdasarkan penulisan diatas, maka sarannya adalah:

  1.   Penulis selanjutkan diharapkan dapat membuat yang lebih baik.
  2.  Sebaiknya informasi tentang bullying lebih banyak diberitahukan kepada masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA


Dwipayanti, I.A.S., & Indrawati, K.A. (2014). Hubungan antara tindakan bullying dengan prestasi belajar anak korban bullying pada tingkat sekolah dasar. Jurnal Psikologi Udayana, 2, 251-260.

Amrina, P. (2013). Pengaruh bullying terhadap motivasi belajar siswa kelas vii di smpn 31 samarinda. Jurnal Psikologi.

Cook, C.R., Williams, K.R., Guerra, N.G., Kim, T.E., Sadek, S. (2010). Predictors of bullying and victimization in childhood and adolescence: A meta-analytical investigation. Social Psychology Quarterly, 25, 65-83.

Widayanti, C.G. (2009). Fenomena bullying di sekolah dasar negeri di semarang: sebuah studi deskriptif. Jurnal Psikologi Undip, 2.

Psikologi Mania. (2012, Juni). Definisi bullying. Diambil tanggal 15 Januari 2015, dari http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html

Ilmu Pendidikan. (2012, November). Bentuk-bentuk bullying. Diambil tanggal 15 Januari 2015, dari http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/bentuk-bentuk-bullying.html

Ilmu Pendidikan. (2012, November). Bullying pada remaja. Diambil tanggal 15 Januari 2015, dari http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/bullying-pada-remaja.html

Nihaya, H. (2012, December 8). Bullying dan solusinya. Diambil tanggal 16 Januari 2015, dari http://harunnihaya.blogspot.com/2011/12/bullying-dan-solusinya.html

Ilmu Pendidikan. (2012, November). Faktor penyebab terjadinya bullying. Diambil tanggal 16 Januari 2015, dari http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/bentuk-bentuk-bullying.html

Setiawan, H. (2011, May 23). Pengertian belajar menurut para ahli. Diambil tanggal 19 Januari 2015, dari https://herrystw.wordpress.com/2011/05/23/pengertian-belajar-menurut-para-ahli/

Hardymoviz. (2012, Juni 12). Pengertian prestasi. Diambil tanggal 19 Januari 2015, dari http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/06/pengertian-prestasi.html



Jika ada yang ingin mengcopy paste, jangan lupa beri komentar yaa! thank you.


Senin, 19 Januari 2015

The Psychologist's Companion Bab 4


Hello everyone~
Berikut ini adalah ringkasan yang saya buat, enjoy!


BAB 4
Menulis Review Literatur


Semua laporan studi yang dibuat oleh mahasiswa, lulusan, atau professional, pasti berasal dari review literatur.  Tujuan review literatur menurut American Psychological Association (APA) adalah:

  1.  Menetapkan dan menjelaskan permasalahan.
  2.  Memberitahukan pembaca tentang subjek dengan merangkum dan mengevaluasi studi.
  3. Untuk mengidentifikasi yang tidak konsisten, perbedaan, kontradiksi, dan hubungan dari bacaan.
  4.  Untuk mengira langkah dan pendekatan selanjutnya untuk menyelesaikan isu yang telah teridentifikasi.
Terdapat lima macam review literatur yang dapat membedakan atas dasar tujuan review, yaitu:  (a) menghasilkan pengetahuan baru, (b) menguji teori, (c) menyatukan teori, (d) mengembangkan suatu teori baru, dan (e) menyatukan pengetahuan yang sudah ada.

Pembuatan review literatur dapat berjalan dengan lancar jika mengikuti tahap berikut:

4.1  MEMILIH TOPIK
Kesalahan yang dilakukan penulis saat memilih topik, yaitu:
1.    Penulis tidak tertarik dengan topiknya.
Dalam memilih topik, luangkanlah waktu yang cukup untuk memikirkannya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dalam memilih topik.
2.    Topik yang dipilih terlalu mudah atau aman.
Penulis terkadang memilih topik yang mudah atau aman sehingga makna untuk mempelajari resensi menjadi berkurang.
3.    Topik yang dipilih terlalu sulit.
Kebalikan dari poin sebelumnya, penulis memilih topik diluar dari tingkat kemampuannya sehingga sulit untuk membuat resensi.
4.    Ada bagian bacaan yang tidak memadai.
Sebelum memutuskan untuk memilih sebuah topik, pastikan terdapat literatur yang memadai.
5.    Topik yang dibahas terlalu luas.
Cara yang dapat dilakukan agar topik yang dibahas tidak terlalu luas adalah pembatasan.  Review hanya berfokus pada penyelesaian masalah pada kalangan dewasa, menyelesaikan masalah yang terjadi pada manusia, menyelesaikan masalah klinis yang berkaitan dengan topik, resensi membandingkan perspektif psikologis yang berkaitan dengan masalah, dan resensi hanya berurusan dengan solusi verbal, matematika, dan masalah spasial.



4.2  MENGATUR DAN MENCARI LITERATUR
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatur informasi yang sudah didapat dengan dua cara, yaitu: berkaitan dengan penulis dan berkaitan dengan topik.

4.2.1 Catatan Penulis
Dalam laporan studi, penulis harus mencatat sumber informasi. Cara pencatatannya berbeda sesuai dengan sumber. 
Jika sumber berasal dari artikel jurnal, contoh penulisannya adalah:
Barden, J., & Petty, R. E. (2008). The mere perception of elaboration creates attitude certainty: Exploring the thoughtfulness heuristic. Journal of Personality and Social Psychology, 95(3), 489–509.

Jika sumber berasal dari buku, contoh penulisannya adalah:
Zimbardo, P. G. (2007). The Lucifer effect: Understanding how good people turn evil. New York: Random House.

Jika sumber berasal dari buku yang telah diedit, contoh penulisannya adalah:
Bandura, A. (2004). The role of selective moral disengagement in terrorism and counterterrorism. In F. M. Moghaddam & A. J. Marsella (Eds.), Understanding terrorism: Psychosocial roots, consequences, and interventions (pp. 215-235). Washington, DC: American Psychological Association.

Meskipun sistem dokumentasi muncul secara tidak praktis saat anda melakukan studi, hal tersebut memiliki beberapa keuntungan nantinya, yaitu:
1.    Anda akan mempunyai seperangkat referensi yang lengkap.
Tidak ada kemungkinan untuk melupakan sumber referensi yang dibutuhkan, karena anda mencatat semua sumber pada satu waktu.
2.    Anda akan mempunyai dokumentasi yang lengkap untuk setiap referensi.
Peneliti terkadang memiliki daftar referensi yang lengkap tetapi gagal untuk memiliki dokumentasi yang lengkap untuk setiap referensi.
3.    Bagian referensi akan selesai.
Ketika anda siap untuk menyelesaikan bagian referensi, urutkan nama penulis secara alphabet dan menggunakan informasi dari daftar.

4.2.2  Mencatat Topik

Anda harus mencatat pada setiap kartu, dengan nama topik di bagian atas, informasi tentang topiknya, sumber dari setiap  informasi, dan komentar. Sortir kartu sesuai dengan topik. Catatan  anda dalam setiap topik harus komprehensif sehingga anda tidak perlu kembali ke sumber sebelumnya. Hindari kata-kata asing yang menyampaikan hal tidak berguna. Setiap pernyataan yang digabungkan, catat sumbernya dengan menulis nama belakang penulis dan tanggal publikasi.

Lima karakteristik untuk mengevaluasi argumen penulis, yaitu:
1.    Ketepatan argumen.
2.    Inkonsisten internal dari argumen.
3.    Prasangka terhadap argumen.
4.    Keterlibatan argumen.
5.    Pentingnya argumen.

Dengan menyusun catatan topik, anda akan mendapatkan keuntungan, yaitu: (1) Ketika anda akan membuat makalah, anda sudah memiliki informasi yang dibutuhkan, (2) Anda memiliki sumber dari argumen, (3) Anda dengan mudah dapat mengatur tulisan. Tahapan ini sangat penting karena berpengaruh ke tahap selanjutnya, menyiapkan outline.


4.3  MENYIAPKAN SEBUAH OUTLINE (KERANGKA)

4.3.1 Menggunakan Catatan Topik
Setelah anda selesai membuat catatan topik, anda sudah siap untuk membuat sebuah outline. Catatan topik membentuk dasar kerangka, karena mereka bisa langsung digunakan sebagai judul dan anak judul. Tulis pilihan topik di kertas dan susun untuk membentuk urutan yang logis. Topik membentuk judul utama dan lainnya membentuk anak judul.

4.3.2  Tipe Outline
Anda harus memilih satu dari tiga cara outline yang dapat anda buat.
Contoh : Thematic Apperception Test (TAT) dan Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)

4.3.2.1 Kerangka dengan kata kunci.
Kerangka terbatas dengan kata kunci pada setiap tingkat deskripsi.

I. Pendahuluan
II. Daftar Isi
A. TAT: gambaran(gambaran)
B. MMPI: penjelasan(penjelasan)
III. Pelaksanaan
A. TAT: lisan
B. MMPI: tertulis
IV. Penilaian
A. TAT: subjektif
B. MMPI: objektif
V. Kesimpulan

4.3.2.2 Kerangka dengan topik.
Kerangka yang dibuat menggunakan frase dan klause pada setiap tingkat deskripsi.

I. Persamaan antara TAT dan MMPI
II. Tipe Konten
A. TAT: gambar orang dalam berbagai keadaan, beberapa realistis dan lainnya tidak.
B. MMPI: pernyataan yang menjelaskan tingkah laku atau keyakinan bahwa subjek menandakan benar atau salah seperti penjelasan mereka sendiri.
III. Mode Pelaksanaan
A. TAT: gambar secara berurutan ditampilkan oleh pemeriksa sesuai subjek, yang melengkapi narasi pada acara saat awalan, berlangsung, dan mengikut dari gambar.
B. MMPI: buklet berisi seluruh set penyataan yang diberikan untuk, yang meneruskannya melalui buklet dengan langkah mereka sendiri.
IV. Metode Penilaian
A. TAT: menilai secara subjektif, sering menggunakan teori Murray tentang kebutuhan taksonomi dan tekanan.
B. MMPI: menilai secara objektif yang berarti sebuah kunci terpisah untuk setiap diagnosis
V. Perbedaan : konten, pelaksanaan, penilaian.
4.3.2.3 Kerangka dengan kalimat.
Kerangka terdiri dari kalimat lengkap pada setiap tingkat deskripsi.

I. Kerangka ini membandingkan TAT dan MMPI sehubungan dengan konten, pelaksanaan dan penilaian.
II. Pengujian membedakan dalam tipe konten.
A. TAT terdiri dari sebuah rangkaian gambar orang dalam berbagai keadaan, beberapa realistis, dan yang lain tidak.
B.  MMPI, terdiri dari sebuah rangkaian pernyataan yang menjelaskan tingkah laku atau keyakinan bahwa subjek menandakan benar atau salah sesuai dengan penjelasan masing-masing
III. Pengujian juga membedakan mode pelaksanaan.
A. Dalam TAT, gambar secara berurutan ditampilkan oleh pemeriksa sesuai subjek, yang melengkapi narasi pada acara saat awalan, berlangsung, dan mengikut dari gambar
B. Dalam MMPI, sebuah buklet berisi seluruh set penyataan yang diberikan untuk, yang meneruskannya melalui buklet dengan langkah mereka sendiri.
IV. Akhirnya, pengujian dinilai dengan metode yang berbeda.
A. TAT dinilai dengan subjektif, sering menggunakan teori Murray tentang kebutuhan taksonomi dan tekanan.
B. MMPI dinilai secara objektif yang berarti sebuah kunci terpisah untuk setiap  skala diagnosis.
V. Kesimpulannya, pengujian berbeda secara substansial dalam konten, pelaksanaan, dan penilaian.

4.3.3 Memilih Tipe Outline
       Anda harus menggunakan tipe outline yang memudahkan penulisan dan sesuai dengan anda.
4.3.4 Mengatur outline
Berikut adalah 5 prinsip pengaturan outline, yaitu:
1.    Penyusunan outline harus dilengkapi dengan awalan, tengah, dan akhir.
2.    Setelah memilih tipe penyusunan outline, harus tetap dan tidak diganti.
3.    Mengatur penulisan secara tematis.
Dengan mengatur penulisan secara tematis, akan memperjelas tulisan anda.
4.    Mengatur outline secara berurutan.
Outline ini lebih sulit untuk diikuti daripada outline dengan kata kunci karena semua ide ditulis pada tingkat yang sama.
5.    Sesuaikan dengan pembaca.
4.3.5 Keuntungan Menggunakan Outline
Keuntungan menggunakan outline adalah dapat membantu mengatur penulisan anda, mencegah masuknya topik yang tidak sesuai, dan mencegah kurangnya topik yang sesuai.

4.4  MENULIS
Dalam penulisan review literatur anda, anda harus menerapkan 5 poin ini, yaitu:
1.    Pesan
Anda dapat menambahkan pesan yang jelas dalam review literaturnya untuk memudahkan pembaca agar lebih mudah mengerti.
2.    Ulasan yang luas
Informasi yang anda jelaskan tergantung pada topik dan tujuan yang ingin anda capai dalam penulisan. Secara umum, anda dapat menjelaskan bagian yang baik dari literatur empiris dan pastikan bahwa perbedaan pendekatan metodologi juga dipertimbangkan. Anda tidak harus membahas setiap studi secara rinci.
3.    Akurat
Selalu pastikan bahwa anda tidak menggambarkan hasil studi anda dalam review literaturnya. Tida masalah jika kita tidak setuju dengan hasil studi penulis.
4.    Kritik
Kritik sangat penting untuk disertakan dalam review literatur dengan mengevaluasi seluruh bagiannya. Ingatlah untuk bersikap adil dan tidak menyimpang dari karya penulis tersebut.
5.    Akhiran
Bagian akhir dari review literatur anda tidak hanya terdapat rangkuman saja, tetapi juga kesimpulan baru, menjelaskan penjelasan baru, atau menyarankan langkah kedepan dalam pembahasan masalah tersebut.


4.5  MENGEVALUASI TULISAN ANDA DAN MENCARI KRITIK DARI ORANG LAIN
Setelah anda selesai menulis review, fikirkan kembali lima kriteria untuk mengevaluasi argumen penulis yang telah dibahas sebelumnya. Pembaca akan memberikan evaluasi yang sama atau hampir mirip dengan kriteria yang anda gunakan untuk mengevaluasi kertas dan buku yang anda baca.



Semoga bermanfaat!

Sumber : The Psychologist's Companion.


REVIEW JURNAL


Hello everyone~
Berikut ini adalah review jurnal yang saya buat, enjoy!

REVIEW JURNAL

Jurnal penelitian ini dibuat oleh Yim-Chi Ho, Mei-Chun Cheung, and Agnes S. Chan dari Chinese University of Hong Kong. Judul jurnal penelitiannya adalah “Music Training Improves Verbal but Not Visual Memory: Cross-Sectional and Longitudinal Exploration in Children”. Penelitian ini menggunakan dua macam cara. Cara pertama adalah cross-sectional dan cara kedua adalah longitudinal. Peneliti ingin membuktikan kebenaran dari hipotesis yang menyatakan bahwa berlatih musik dapat meningkatkan memori verbal.

Cross-sectional
Sample dari metode penelitian ini adalah 90 orang laki-laki pengguna tangan kanan, murid dari sekolah Raimondi College yang rata-rata berusia 6-15 tahun. Mereka terdiri dari murid sekolah dasar dan sekolah menengah pertama khusus laki-laki di Hong Kong. Peserta dibagi menjadi dua grup. Empat puluh lima murid adalah grup yang mengikuti pelatihan musik. Mereka tergabung dalam anggota dari suatu band atau program okestra di sekolah. Mereka juga mendapatkan pelatihan musik klasik. Murid yang terpilih adalah yang telah berpartisipasi di program sekolah tersebut selama 1-5 tahun.  Durasi pelatihan musik adalah sedikitnya 1 jam per minggu oleh instruktur professional dari Hong Kong Academy of Performing Arts. Peserta sisanya adalah grup yang tidak mengikuti pelatihan musik.

Cara peneliti mengukur kemampuan verbal menggunakan HKLLT-Form One. Terdapat 16 kata dari dua daftar kata karakter cina yang disampaikan secara lisan sebanyak tiga kali. Peserta diminta untuk mengingat kembali kata-kata yang disampaikan dalam tiga test percobaan, setelah 10 menit, setelah 30 menit, dan setelah penundaan waktu. Maksimum nilai yang didapat adalah 48 poin. Sedangkan cara pengukuran kemampuan visual menggunakan BVMT-R. maksimum nilai yang didapat adalah 36 poin dari penjumlahan tiga test percobaan. Nilai retensi setelah 10 menit, setelah 30 menit dan setelah penundaan waktu. Selain mengukur kemampuan verbal dan visual, peneliti juga melakukan tes IQ kepada peserta.

Longitudinal
Sample dari metode penelitian ini sama dengan ekperimen 1. Peserta dibagi menjadi tiga grup. Grup yang melanjutkan pelatihan, grup yang berhenti pelatihan, dan grup pemula Sebanyak 33 murid dari dari grup yang mengikuti pelatihan musik melanjutkan kembali pelatihan musik. Dari 45 orang yang tidak mengikuti pelatihan musik, 17 anak diantaranya mengikuti pelatihan musik.. Cara pengukuran yang digunakan untuk ekperimen 2 ini sama dengan yang digunakan di eksperimen 1. Hasil penelitian 2 menunjukkan bahwa grup pemula dan grup yang melanjutkan pelatihan cenderung mengalami peningkatan. Peserta yang tidak melanjutkan pelatihan, tidak menunjukkan adanya peningkatan memori verbal, tetapi kemampuan mereka tetap stabil. Hal ini terjadi karena pelatihan musik yang sebelumnya mereka lakukan membawa efek yang kuat.

Inti dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang berlatih musik dapat meningkatkan memori verbalnya tetapi tidak pada memori visualnya, dan mereka lebih baik daripada rekan-rekannya yang tidak mengikuti pelatihan musik. Variabel (umur, level pendidikan dan lain-lain) tidak dapat membedakan kemampuan memori verbal mereka.

Peneliti telah melakukan prosedur penelitian dengan baik. Hipotesis yang dibuat oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitiannya.



Semoga Bermanfaat!

Sumber jurnal: Chan, A.S., Ho, Y., & Cheung, M. (2003). Music training improves verbal but not visual memory : Cross sectional and longitudinal exploration in children. American Psychological Association, 3, 439-450.