About

Pages

Veritas

Veritas berarti truth atau kebenaran.

Summaries

Summaries about our lesson in class.

Philosophy Characters

Philosopher from Ancient Greece until Contemporary

Profile

I like vintage.

Minggu, 18 Januari 2015

CITATION (PART 2)

Hello everyone~
Berikut ini adalah lanjutan dari postingan citation sebelumnya, enjoy!

BUKU DENGAN SATU PENULIS
  • Corsini, R. J. (2002). The dictionary of psychology. New York: Brunner/Mazel.
  • Dirgagunarsa, S. (2003). Psikologi keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
  • Santrock, J. W. (2005). Adolescence (10th  ed.). Boston: McGraw Hill.


ARTIKEL JURNAL (MAJALAH ILMIAH)
  • Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986).  The moderator-mediator variable distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and statistical considerations.  Journal of Personality and Social Psychology, 51, 1173-1182.
  • Barsky, A. J., & Klerman, G. L. (1983).  Overview: Hypochondriasis, bodily complaints, and somatic styles.  American Journal of Psychiatry, 140, 273-283.
  • Butterfield, E. C. (1964). The interruption of tasks: Methodological, factual, and theoretical issues. Psychological Bulletin, 62, 309–322.


SKRIPSI
Diana. (2001). Adversity quotient dan creative leadership pada mahasiswa yang menduduki posisi pimpinan organisasi kemahasiswaan: Studi deskriptif pada mahasiswa UI. Skripsi tidak diterbitkan, Universitas Indonesia, Depok.


DISERTASI ATAU TESIS
  •  Hardjanto. (2005). Perubahan fisik wilayah dan penggunaan tanah di kota kodya jakarta utara (1943–2003). Tesis Magister Ilmu Geografi, Universitas Indonesia, Depok.
  • King, A. J. (1976).  Law and land use in chicago: A pre-history of modem zoning. Disertasi Ph.D., University of Wisconsin.


BUKU DENGAN DUA PENULIS ATAU LEBIH
  • Badudu, J. S., & Zain, S. M. (2001). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
  • Baron, R. A., & Byrne, D. (1994). Social psychology: Understanding human interaction. Boston: Allyn and Bacon.
  •  Papalia, D. E., Wendkos-Olds, S. W., & Duskin-Feldman, R. D. (2004). Human development (9th ed.). Boston: McGraw Hill.
  • Gibson, J. M., Donnelly, J. H., Ivancevich, J. M., & Konopaske, R. (2003). Organization: Behavior structure processes (11th ed.). Boston: McGraw-Hill.


ONLINE INFORMATION (INTERNET)


Semoga bermanfaat!



sumber: PPT


CITATION (PART 1)

Hello everyone~
Ini adalah materi Filsafat di kelas saya. enjoy!

Citation adalah sumber kepustakaan yang diletakkan di dalam teks dan berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal dari sebuah kutipan/quotation.
  • Penulisan (cara mengutip, cara membuat tabel, cara membuat gambar, dan cara menggunakan tanda baca) wajib mengikuti Manual Publication of the American Psychology Association (APA), edisi ke-6 (6th ed.).
  •  Untuk penulisan daftar pustaka, referensi yang tertulis di dalam daftar pustaka harus sesuai dengan referensi yang tertulis di dalam artikel (text).
  • Sebaliknya, referensi yang tertulis di dalam artikel (text), harus ada di dalam daftar pustaka. Berikut ini adalah beberapa contoh untuk penulisan daftar pustaka 

RUMUS PENULISAN CITATION SECARA UMUM
  • Selalu utamakan mengambil kutipan dari sumber pertama.
  • Nama belakang penulis
  • Tahun terbit karya tulis
  •  No halaman di mana kutipan diambil. Jika tulisan saudara dalam bahasa Indonesia maka penulisan no. halaman à h. 9 atau h. 11-15; Bila tulisan dalam bahasa Inggris, maka ditulis p. 9 atau pp. 21-30.

CONTOH PENULISAN CITATION LANGSUNG DARI SUMBER PERTAMA
  • Nama pengarang: Budi Satria Wijaya
  • Menerbitkan buku pada tahun 2001
  • Kalimat yang akan dikutip adalah “Sebagai anak, aku juga memiliki hak untuk mengemukakan pendapat”. Kalimat tersebut termuat di halaman 42.
  •  Citation: Wijaya (2001, h. 42) atau (Wijaya, 2001, h. 42)
CONTOH PENULISAN CITATION DARI SUMBER KEDUA
  • Ryff menjelaskan tentang konsep kesejahteraan psikologis yang dimuat di dalam buku (berbahasa Inggris) William C. Compton, terbit pada tahun 2000. Kalimat yang akan dikutip “Ada enam dimensi yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan psikologis individu”. Termuat di p. 22
 Citation: Ryff (sebagaimana dikutip dalam Compton, 2000, h. 22) mengemukakan bahwa ……

JUMLAH PENGARANG 1-2 ORANG
  •  Sebuah buku dikarang oleh Shelley Taylor dan Jonathan Robin
  • Tahun terbit: 2005; no halaman: 59.
Citation: Taylor dan Robin (2005, h. 59) atau (Taylor & Robin, 2005, h. 59)
Penulisannya terus menerus sama mulai dari pertama kali digunakan hingga ke-n kali (tidak ada kondisi khusus).

JUMLAH PENGARANG LEBIH DARI 3-5 ORANG
  • Sebuah buku dikarang oleh Wassertein, Zappulla, Rosen, Gertsman, dan Rock pada tahun 2003.
Kondisi pertama kali dituliskan: Wassertein, Zappulla, Gertsman, dan Rock (2003)
Kondisi ke-n kali dituliskan dalam alinea yang juga memuat citation yang sama: Wassertein et al.Kondisi ke-n kali dituliskan pada alinea berikutnya: Wassertein et al. (2003)

JUMLAH PENGARANG 6 DAN LEBIH
  • Pengarang: Kosslyn, Koenig, Barrett, Cave, Tang, dan Gabrielli; tahun 2004.
Citation: Kosslyn et al. (2004) atau (Kosslyn et al., 2004)
Jadi yang ditulis hanya nama belakang nama pengarang pertama saja. Pengarang ke-2 dan seterusnya diganti dengan et al.(mulai pertama kali dst)

BILA ADA NAMA BELAKANG PENGARANG YANG SAMA DAN MENGUNGKAPKAN HAL YANG SAMA SERTA TAHUN TERBIT YANG SAMA 
  • Buku A: Kosslyn, Koenig, Barrett, Cave, Tang, dan Gabrielli (2004)
  • Buku F: Kosslyn, Koenig, Gabrielli, Tang, Marsolek, dan Daly (2004)
Tuliskan nama pengarang sampai menemukan perbedaan nama dan sisa nama diganti dengan et al.
Kosslyn, Koenig, Barret, et al. (2004) dan Kosslyn, Koenig, Gabrielli, et al. (2004)

BILA NAMA BELAKANG PENGARANG SAMA DENGAN TAHUN TERBIT YANG BERBEDA MENGUNGKAPKAN HAL YANG SAMA
Tuliskan inisial nama depan diikuti dengan nama belakang pengarang untuk membedakan.
  • Buku B: James Devano Susanto, tahun 2005
  • Buku E: Stefanie Putri Susanto, tahun 2001
Citation: J. D. Susanto (2005) dan S. P. Susanto (2001) menemukan ……

BEBERAPA BUKU DIGUNAKAN UNTUK MENGUNGKAPKAN IDE YANG SAMA
Pengarang sama, judul buku berbeda, tahun terbit berbeda, maka:
  • Buku D: Irwanto dan Irwanto tahun 2003
  • Buku E: Irwanto dan Irwanto tahun 2001
Citation: (Irwanto & Irwanto, 2001, 2003)
à Diurutkan sesuai dengan tahun terbit.

 PENGARANG SAMA, JUDUL BUKU BERBEDA, TAHUN TERBIT SAMA
  • Buku X: Farrell tahun 2001 judul “Aku Pasti Bisa”
  • Buku Y: Farrell tahun 2001 judul “Masih Terlalu Dini untuk Menikah”
Buku X ditulis terlebih dahulu dan beri kode a karena judul bukunya dimulai dari abjad A, dst.
 Citation: (Farrell, 2001a, 2001b)

PENGARANG BERBEDA MENGUNGKAPKAN IDE YANG SAMA, TAHUN TERBIT BERBEDA
  • Buku T: Christophorus Balda tahun 2003
  • Buku Q: Johanna Kamil tahun 2004
  • Buku Z: William Johnson  tahun 2001
Citation: (Balda, 2003; Kamil, 2004; Johnson, 2001)

LEMBAGA SEBAGAI PENULIS
Universitas sebagai penulis
Tidak boleh disingkat, misalnya Universitas Tarumanagara à Untar/UT, dst.
Citation: Universitas Tarumanagara (2006)

Lembaga lainnya
Untuk pertama kali harus menuliskan kepanjangannya disertai singkatan/abbreviaton. Penulisan ke-2 dst diperbolehkan hanya singkatan saja.
Biro Pusat Statistik ([BPS], 2008) à pertama kali
BPS (2008) à kedua kali dst 

BILA KARYA TULIS TIDAK MENCATUMKAN NAMA PENGARANG
 Bila berupa buku, jurnal, laporan, atau brosur, maka:
 Ã  Judul Buku (tahun)
contoh: Psikologi Sosial (2007)

Bila berupa artikel atau bab, maka:
  Ã  (“Judul Artikel,” tahun)
 Contoh: “Ayo Berolahraga,” 2006)
 Bila nama pengarang dicantumkan anonim, maka tuliskan (Anonim, 2002)

KARYA KLASIK
Bila tahun terbit karya asli/pertama tidak tersedia.

  • Pengarang asli Charles Darwin, karyanya diterjemahkan tahun 1990
Citation: (Darwin, terj.1990)

Tahun terbit karya asli masih tersedia

  • Pengarang asli Taylor, Peplau, Sears tahun 1997; diterjemahkan oleh Uni Budianto tahun 2005
 Citation: Taylor, Peplau, Sears (1997/2005)
Bila tidak ada informasi tahun terbit, maka tuliskan n.d. (arti no date).

BILA MENGUTIP ATAU MEMPARAFRASE SUMBER YANG KHUSUS
 Kutipan diambil dari bab 3 sebuah artikel yang berjudul Kebangkitan Nasional, ditulis oleh Amir Simorangkir tahun 2008.
 Citation: (Simorangkir, 2008, chap. 3) atau (Simorangkir, 2008, bab 3)

BILA TIDAK ADA SUMBER NOMOR HALAMAN
Kutipan diambil dari paragraf 4 artikel yang diperoleh dari internet dengan judul “Mau Lagi Kena…”, ditulis oleh Tori Afghan tahun 2008
 Citation: (Afghan, 2008, para. 4) atau (Afghan, 2008, ¶ 4)

Kutipan diambil dari bagian kesimpulan paragraf 3 sebuah artikel yang ditulis oleh Joko Setiabudi tahun 2007.
 Citation: (Setiabudi, bag. kesimpulan, para. 3) atau (Setiabudi, bag. Kesimpulan, ¶ 3)

KUTIPAN YANG BERASAL DARI KOMUNIKASI PERSONAL (SURAT, E-MAIL, HASIL WAWANCARA, DISKUSI VIA TELEPON, DLL)
  • Sumber-sumber di atas hanya dianggap sebagai citation tetapi tidak dicantumkan dalam reference list (daftar pustaka).
  • Di dalam skripsi, sumber seperti ini hanya diperbolehkan dicantumkan dalam latar belakang masalah tetapi tidak dituliskan dalam daftar pustaka.
Citation: Yanuar (komunikasi pribadi, tanggal dilakukan komunikasi, tahun) Yanuar (komunikasi pribadi, 28 Mei, 2008)

MEDIA CETAK
Dalam Daftar pustaka
Guru honor terpinggirkan. (2008, Oktober 21). Kompas, p.12.

Dalam teks/naskah:
Dalam kesempatan pertemuan Menteri Pendidikan di Jember, guru-guru honor masih merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah (“Guru Honor,” 2008).


WILL BE CONTINUED IN NEXT POST.

Semoga bermanfaat!

Sumber: PPT

Selasa, 11 November 2014

Kisi- kisi UTS No.3

Hello everyone~

Sebentar lagi kita mulai uts, karena kelompok saya kebagian soal no.3 jadi kali ini saya akan membahas no. 3. so, let's check this out!

3. a. Jelaskan perbedaan antara Positivisme dengan Empirisme!
        Positivisme adalah suatu paham yang berdasarkan pada data-data ilmiah yang sudah  ada. Tokohnya adalah Auguste Comte.
       
        Empirisme adalah suatu paham yang berdasarkan pada pengalaman yang dialami seseorang. Tokohnya adalah John Locke

    b. Jelaskan perbedaan antara penalaran induktif dengan penalaran deduktif!
        Induktif adalah suatu proses dimana akal budi kita menyimpulkan pengetahuan dari yang khusus ke umum.
        Contoh : Mangga 1: kuning, besar, matang, dan manis
                       Mangga 2: kuning, besar, matang, dan manis
                       Mangga 3: kuning, besar, matang, dan manis
                       Mangga 4: kuning, besar, matang, dan ....
                                         kesimpulannya = tentu manis juga

        Deduktif adalah suatu proses dimana akal budi kita menyimpulkan pengetahuan dari yang  umum ke khusus.
        Contoh : Kebersihan lingkungan tanpa disadari bisa masalah yang besar. Ini terjadi karena banyak masyarakat yang acuh dengan lingkungannya bahkan lingkungan rumahnya sekalipun. Padahal kebersihan adalah sebagian dari iman.

   c. Jelaskan perbedaan preposisi dengan silogisme!
       Preposisi adalah suatu penuturan yang utuh atau pernyataan tentang beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah.
       Contoh : Karate adalah suatu seni bela diri
                      Yuni suka membaca buku dan mendengarkan musik

       Silogisme adalah suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis) disimpulkan menjadi kesimpulan baru.
       Contoh : Semua manusia dapat bernafas  
                      Yuni adalah manusia
                      Jadi, Yuni dapat bernafas




Pertemuan 5 Filsafat [Fallacia]

Hello everyone~
Ini adalah materi pertemuan ke 5 Filsafat di kelas saya. enjoy!

Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.

Contoh kesalahan fakta
·         Presiden AS Barack Obama lahir di Indonesia.
·         Ahmad lahir dengan bintang gemini, maka hidupnya penuh dengan persoalan.

Kesalahan penalaran dibagi menjadi  kesesatan formal dan kesesatan informal.
a.    Kesesatan formal adalah pelanggaran terhadap kaidah logika dan norma.
       Contoh :  Semua penodong berwajah seram.
                       Semua pengamen berwajah seram.
                       Jadi, semua pengamen adalah penodong? Belum tentu.

b. Kesesatan informal adalah menyangkut kesesatan dalam bahasa, misalnya     pelanggaran  diksi.
    Contoh :        
    Penempatan kata depan yang keliru = Antara hewan dan manusia memiliki     perbedaan.
    Mengacau posisi subjek atau predikat = Karena tidak mengerjakan PR,  guru                                                                                    menghukum anak itu.
    Ungkapan yang keliru = Pencuri kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu yang lalu. 

Amfiboli   → Sesat karena struktur kalimat bercabang.
Contoh: Anto Anak Bu Lasma yang hilang ingatan lari dari rumah.

Kesesatan Aksen atau Prosodi → Sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan. 
Contoh: Ada aturan ‘Anda tidak boleh ganggu anak tetangga’. Nah Pak Budi bukan tetangga anda. Maka anda boleh mengganggu anaknya.

Kesesatan bentuk pembicaraan→ Sesat karena orang menyimpulkan kesamaan
konstruksi juga berlaku bagi yang lain.
Contoh: Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri.

Kesesatan aksiden→ Yang aksidental dikacaukan dengan hal yang hakiki.
Contoh: Sawo matang adalah warna. Orang Indonesia itu sawo matang. Maka, Orang Indonesia itu adalah warna.

Kesesatan karena alasan yang salah → Konklusi ditarik dari premis yang tak relevan.    

Kesesatan Presumsi

·         Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
·         Non sequitur (belum tentu): Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang        lalu saya berdebat dengan dosen tersebut.
·         Analogi palsu: Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dengan  membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
·         Penalaran melingkar (petitio principii): Manusia merdeka karena ia bertanggungjawab  dan ia bertanggungjawab karena ia merdeka.
·         Deduksi cacat: Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti orang baik. Andi pasti orang baik.
·         Pikiran simplistis: Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.

Menghindari Persoalan

·         Argumentum ad hominem → Jangan percaya omongannya karena ia bekas narapidana.
·         Argumentum ad populum → Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita.
·         Argumentum ad misericordiam → Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman  karena mengaku punya banyak tanggungan.
·         Argumentum ad baculum → Karena beda pendapat, suka meneror orang lain.
·         Argumentum ad auctoritatem → Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.
·         Argumentum ad ignorantiam → Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.
·         Argumen untuk keuntungan seseorang → Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
·         Non causa pro causa → Orang sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya.

Kesesatan Retoris

·         Eufemisme/disfemisme: Pembangkang yang dianggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangai maka disebut anggota pemberontak.
·         Penjelasan Retorik: Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan  soal.
·         Stereotipe: Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
·         Innuendo: Saya tidak mengatakan makanan tidak enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.
·         Loading question: Apakah Anda masih tetap merokok?
·         Weaseler: Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.
·         Downplay: Jangan anggap serius omongannya karena dia hanya buruh bangunan.
·         Lelucon atau sindiran
·         Hiperbola: membesarbesarkan.
·         Pengandaian bukti:studi menunjukkan.
·         Dilema semu: Tamu yang menolak kopi, langsung disuguhi sirup.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     


 Disarikan dari PPT                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

Rabu, 22 Oktober 2014

Tugas GSLC [MAX SCHELER]

MAX SCHELER



Biografi Singkat

Max Scheler adalah seorang filsuf Jerman yang berpengaruh dalam bidang fenomenologi, filsafat sosial, dan sosiologi pengetahuan. Ia berjasa dalam menyebarluaskan fenomenologi Husserl. Scheler yang bernama lengkap Max Ferdinand Scheler ini lahir di Munich, Jerman pada 22 Agustus 1874. Ayahnya adalah seorang yang beragama Katolik-Lutheran dan Ibunya seorang yang beragama Yahudi Orthodok. Saat remaja, dia masuk agama Katolik, kemungkinan karena konsepnya tentang Cinta. Sekitar tahun 1921, ia menjadi tidak komiten.

Max Scheler bersama muridnya dari Goettingenn
Ia menempuh studi tentang pengobatan  di Muenchen dan Berlin. Setelah itu, Scheler menjadi dosen di Jena dan mendapat gelar Doctor pada tahun 1897. Selain di Jena, ia juga pernah menjadi dosen di University of Munich, Philosophical Society of Goettingen, University of Cologne, dan terakhir di University of Frankfurt. Saat menjadi dosen di University of Munich, ia bergabung dengan Phenomenological Circle in Munich. Scheler pertama kali bertemu dengan Husserl di Halle.  Saat dia mengajar di University of Muenchen, fenomenologi Husserl dipelajari lebih dalam oleh Scheler. Pada tahun 1919, Scheler menjabat sebagai guru besar di Cologne.
Menuju akhir hidupnya, banyak undangan yang Scheler dapat dari China, India, Japan, Russia, and Amerika Serikat. Tetapi karena saran dari dokternya, ia membatalkan undangan yang telah dipesan oleh Star Line.
Scheler meninggal di Frankfurt, 19 Mei 1928 pada usia 54 tahun. Ia dikubur bersama dengan kuburan istri ketiganya di Cologne.

 

Perbedaan antara Scheler dan Husserl


Ada pengaruh kuat dari fenomenologi Husserl pada Scheler meskipun Scheler tidak pernah menjadi muridnya. Tetapi Max Scheler mengembangkan suatu fenomenologi yang khas dan boleh dikatakan kontras dengan fenomenologi Husserl. Husserl minat kepada fenomenologi mengarah pada pembentukan pengetahuan yang kokoh (rigorous science) dan murni dengan metode yang ketat. Sebaliknya, Scheler minat kepada fenomenologi yang mengarah pada sikap dalam hubungan langsung dengan kenyataan berdasarkan intuisi.

  
Max Scheler pada tahun 1913



     Ajaran tentang Nilai Material


 
Fenomenologi Scheler diterapkan terutama pada penyelidikan nilai.Dalam Der Formalimus in der Ethik und die material Werthetik (1913),  Scheler membedakan nilai material dan nilai formal sebagaimana yang diajarkan oleh Immanuel Kant.  Dalam etika Kant, seseorang bertindak baik kalau ia menjalankan kewajibannya, yakni perintah moral yang disadarinya sebagai yang berlaku umum. Etika Kant memperlihatkan keunggulan perintah formal,sebab dengan itu ia mengatasi relativisme etis. Etika yang mendasarkan penilaian atau ukuran kebaikan pada materi perbuatan, menurut Kant mengandung bahaya menjadi relatif. Scheler setuju dengan kritik Kant terhadap terhadap relativisme etis. Tetapi Scheler berpendapat bahwa etika yang mendasarkan diri pada nilai material di luar perintah moral itu tidak harus bersifat relatif. Nilai adalah sesuatu yang independen, tidak berubah, yang objektif, menempati objek apapun dan dapat disebut indah, baik, atau benar.


Macam Macam Nilai


Karena nilai bersifat mandiri  (independen), maka secara fenomenologis nilai, ada beberapa nilai yang berbeda menurut tatarannya. Ada jenis nilai yang berkaitan dengan rasa kesenangan dapat ditangkap dengan panca indera. Ada nilai vital ,yakni menyangkut pengalaman-pengalaman yang lebih mendalam seperti rasa kuat dan lemah, kehalusan dan kekasaran, kesehatan dan kesakitan dsb. Pada tataran lain ada nilai-nilai rohani, misalnya nilai-nilai estetis, yang menyangkut rasa keindahan, nilai-nilai epistemologis yang menyangkut rasa benar dan salah, rasa keadilan dan ketidakadilan. Nilai-nilai religius ,yang berkaitan dengan yang kudus. Pada tataran rohani dan religius, nilai-nilai itu berlaku untuk makhluk manusiawi sebagai ukuran pribadi. Nilai-nilai tidak tergantung pada bendanya, melainkan member kualifikasi (sifat) pada benda atau kegiatan.
Scheler berpendapat bahwa moral bukanlah nilai objektif seperti yang termasuk pada tataran, melainkan penyerapan manusia terhadap nilai-nilai itu dan perwujudan nilai-nilai itu dalam tindakan manusia.

Max Scheler, awal tahun 1928

      Ajaran Tentang Cinta

Menurut Scheler ada tiga macam kegiatan manusia yang memberikan ciri kemanusiaannya secara pribadi. Kegiatan yang pertama adalah refleksi, yakni kegiatan yang membuat dirinya sebagai objek pemikiran. Kegiatan kedua adalah abstraksi atau ideasi, yakni menangkap hakekat dari kebenaran dari luar dirinya (eksitensi). Dan kegiatan yang ketiga adalah cinta. Dari ketiga kegiatan tersebut, kegiatan cintalah yang paling penting bagi manusia sebagai pribadi.

Anjuran cinta dari Scheler ini dipengaruhi oleh Plato dan Agustinus yang merupakan sifat mistis dan religus. Berfilsafat  bukan pertama-tama melakukan abstraksi atau usaha menguasai “ada” eksistensi sebagaimana yang dirintis oleh Descartes dst. Scheler menggariskan perlunya moral dengan mana pengetahuan filsafat mencapai tujuannya yang sejati.



Dalam hal ini cinta dilihat dalam kerangka pengetahuan manusia. Cinta merupakan bagian pribadi rohani yang diarahkan kepada nilai yang absolut. Cinta mengarahkan pribadi rohani manusia melampaui horisonnya yang sempit terhadap totalitas. Untuk sampai pada cinta ini, Scheler menunjuk dua sikap lain yaitu kerendahan hati, yang memuat ego kodrati menyerah pada ada dan penguasaan diri yang berarti pengekangan naluri-naluri yang biasanya menyertai pengetahuan indera.
Dengan ketiga disposisi ini Scheler kemudian menemukan tiga kenyataan filsafat, yaitu:
1)    Bahwa ada sesuatu (yang bukan sekedar cogito ala Descartes)
2)    Bahwa ada yang absolut
3)    Mampunyai hakekat (Wesen) dan eksistensi (Dasein) yang selalu diketahui


Karya Max Scheler adalah:

  •    1912 terbit Uber Ressentiment und moralisches werturteil (Tentang Ressentiment  dan putusan nilai moral).
  •   1913 terbit Wesen und Formen der Sympathie (Hakikat dan bentuk-bentuk simpati).
  •     1913 terbit Der Formalismus in der Ethik und die matiriale wertethik (Formalisme dalam etika dan etika nilai yang bersifat material).
  •     1921 Vom Ewigen im Menschen (Tentang yang abadi dalama diri manusia)


Menurut saya tentang Max Scheler, ia adalah seorang filsuf yang hebat karena dia tidak hanya ingin bertumpu pada fenomenologi Husserl saja tapi dia ingin terus mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang fenomenologi dan semangatnya untuk terus belajar.



Antiquity believed that the forces of love in the universe were limited. Therefore they were to be used sparingly,and everyone was to be loved only according to his value.” 
- 
Max Scheler, Ressentiment -








Daftar Pustaka


Disarikan dari Buku Filsafat Kontemporer.

Frings, Professor. (n.d). Biographical Data. Retrieved from

Frings, Professor . (n.d).  Synopsis of his Tought. Retrieved from

Wikipedia. (2014). Max Scheler. Retrieved from

Anon. (n.d). Max Scheler quotes. Retrieved from





Pertemuan 4 Filsafat [Logika Induktif & Deduktif]

Hello everyone~
Ini adalah materi pertemuan ke 4 filsafat di kelas saya. Enjoy readers!


Logika
 atau Penalaran Induktif adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu.

Berdasarkan dasar fakta dapat dirumuskan kesimpulan umum. Kesimpulan adalah generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan. Namun, kesimpulan umum harus dianggap sebagai bersifat sementara. Karena ciri dasar induktif selalu tidak lengkap.

Persamaan penalaran induktif dengan deduktif
 →Argumentasi keduanya terdiri dari premis-premis yang mendukung kesimpulan.

Perbedaannya adalah penalaran induksi yang tepat akan punya premis-premis benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidak membuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetapkan kesimpulan berisi suatu kemungkinan.

Maka argumentasi dalam penalaran induksi tidak dinilai sebagai sahih (valid) atau tidak sahih (invalid), tapi berdasarkan probabilitas.

Cara Penalaran Induktif
 → Proses induksi mulai berdasarkan pada kejadian-kejadian dan gejala partikular. 
 Penal induksi adalah proses penalaran berdasarkan pengertian partikular atau premis          untuk hasilkan pengertian umum atau kesimpulan.

Tiga Ciri Penalaran Induktif
 1) Premis penal induktif = proposisi empiris yang ditangkap indera,
 2) Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang dinyatakan dalam            premis.
 3) Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia menerimanya. Jadi konklusi induksi punya  kredibilitas rasional = probabilitas.

Generalisasi Induktif
 → Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua.

Prinsip: Apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi.

Tiga syarat membuat generalisasi:
1) Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu,
2) Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja.
3) Dapat dijadikan dasar pengandaian.


Analogi Induktif
ANALOGI : Membicarakan tentang dua hal yang berbeda dan dibandingkan. Dua hal perlu diperhatikan: persamaan dan perbedaan.
Bila memperhatikan persamaan saja, maka timbul analogi.

Maka analogi induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang     kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain         yang mempunyai sifat esensial yang sama.

Kesimpulan analogi induktif tidak bersifat universal tapi khusus.
Contoh:    Mangga 1: kuning, besar, matang, ternyata manis.
                 Mangga 2: kuning, besar, matang, ternyata manis.
                 Mangga 3: kuning, besar, matang, ternyata manis.
                 Mangga 4: kuning, besar, dan matang
                 Kesimpulan tentu manis juga.

Jadi analogi induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan.
Bedanya dengan generalisasi induktif adalah dimana konklusinya berupa proposisi universal.Penalaran induktif konklusinya lebih luas daripada premis-premis.

Deduktif

Deduktif  sebaliknya juga merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ dari pengetahuan yang lebih ‘ umum’ .yang lebih khusus itu sudah termuat secara implisit dalam pengetahuan yang lebih umum.

Induksi dan deduksi selalu berdampingan, keduanya selalu bersama-sama dan saling memuat. Induksi tidak dapat ada tanpa deduksi. Deduksi selalu di jiwai oleh induksi. Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, induksi biasanya mendahuli deduksi. Sedangkan dalam logika biasanya deduksi yang terutama di bicarakan lebih dahulu. Deduksi di pandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan pikiran



Disarikan dari PPT